KARYA TULIS
Dampak dan Peran Pendidikan di Era Globalisasi
diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia
oleh
Hafidzotul Millah
Nis.1213.10.082
XI IPS 4
YAYASAN PONDOK
PESANTREN DARUL FALAH
SEKOLAH
MENENGAH ATAS DARUL FALAH CIHAMPELAS
BANDUNG BARAT
2014
Kata pengantar
Alhamdulillah,
panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat serta hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas Karya Tulis yang berjudul “Dampak dan Peran Pendidikan di
Era Globalisasi’’.
Walaupun masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini namun saya berharap agar karya
tulis ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan baik di dalam sekolah atau di luar
sekolah..
Akhirnya kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhir kata semoga laporan karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi kami.
Bandung, Febuari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Globalisasi adalah
suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah[1].
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa
di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses globalisasi berlangsung
melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di
semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama
pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor
pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, teknologi informasi dan
komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat
tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat
dihindari kehadirannya,terutama dalam bidang pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia
membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia
dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem
pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang
dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti
bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu
berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi
baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional. Globalisasi
pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja
berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga
kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan
diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN,
mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap
kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.
1.
Bagaimana
dampak dari globalisasi untuk dunia pendidikan?
2.
Bagaimana
penyesuaian pendidikan di era globalisasasi?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui dampak dari globlisasi agar dampak negatif yang berimbas bisa lebih
diperkecil
2.
Untuk
mengetahui penyesuaian pendidikan indonesia di era globalisasi agar kegiatan
positif terhadap pendidikan semakin lebih baik
1.4 Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam karya
tulis ini adalah Study literatur.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kata
"globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar
definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di
dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau
kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan
budaya masyarakat. Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa
proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus
identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan
budaya besar atau kekuatan budaya global.
Anggapan atau
jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi
komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak
berguna. John Naisbitt (1988), dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini
memperlihatkan hal yang justru bersifat paradoks dari fenomena globalisasi.
Naisbitt (1988) mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradoks, yaitu
semakin kita menjadi universal, tindakan kita semakin kesukuan, dan berpikir
lokal, bertindak global. Hal ini dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan
kepada hal-hal yang bersifat etnis, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau
masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia Internasional.
Di sisi lain,
ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif
atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan
kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin
tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung
berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap
bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
Globalisasi
adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi
yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.
Dalam banyak
hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi
sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara
atau batas-batas negara.
Banyak orang
yang mempertanyakan tentang kontradiksi[2]
antara pendidikan, globalisasi dan keuntungan. Tak jarang banyak orang
beragumentasi bahwa dunia pendidikan adalah untuk anak-anak dan bukan untuk
menjadi lahan meraih keuntungan. Pertanyaan yang lebih ektrim adalah, apakah
dalam situasi globalisasi masihkan dunia pendidikan tersedia dan menguntungkan
kelompok miskin. Kian mahalnya ongkos mengenyam bangku sekolah membuat hanya
segelintir anak-anak yang mampu mengenyamnya.
James Tooley,
PhD[3]
mengatakan bahwa pilihan, kompetisi, dan kewiraswastaan yang bergerak di pasar
pendidikan di seluruh dunia telah menumbuhkan kerangka pendidikan yang terbaik,
bahkan bagi kaum miskin (2005). Ia memberikan contoh program pendidikan yang
dijalankan oleh Oxfam di Lahore, Pakistan, yang mampu menunjukkan bahwa
anggapan bahwa sekolah-sekolah swasta melayani kebutuhan sejumlah kecil orang
kaya adalah suatu asumsi yang keliru. Persaingan
yang terjadi antar sekolah-sekolah swasta tersebut bukan hanya ditataran biaya
semata namun juga pada kurikulum sekolah. Sekolah-sekolah swasta tersebut
bahkan telah menjangkau wilayah-wilayah kumuh yang semula enggan didatangi oleh
sekolah pemerintah, seperti apa yang terjadi di India. Hanya saja, pemerintah
acapkali tidak mengakui keberadaan sekolah-sekolah swasta ini.
Dalam perkembangannya bahkan banyak orang tua murid yang lebih
senang menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta dari pada sekolah pemerintah,
meskipun dengan biaya gratis. Seperti yang acapkali ditemukan di India, banyak
sekolah-sekolah negeri telah kehilangan kualitas yang signifikan. Bukan saja
fasilitas fisik sekolah yang menyedihkan namun juga kualitas mengajar guru yang
sangat memprihatinkan. Fenomena[4]
seperti ini dapat dibayangkan, jika mengingat besaran subsidi dan kemampuan
pemerintah untuk bertahan memberikan subsidi pembangunan kepada sekolah-sekolah
negri.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Globalisasi terhadap dunia Pendidikan
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas[5] juga merupakan tantangan bagi dunia
pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga
pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global
maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan,
baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar
lebih produktif[6] dan efisien serta memberikan akses
seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan
bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan
untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak
positif dan negatif dari dari pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam
poin-poin berikut :
1. Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia
Pendidikan Indonesia
Pengajaran Interaktif
Multimedia
Kemajuan
teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia
pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang
berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru
menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau
menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan
pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film,
suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu
dapat mengubah bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang
bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia,
para siswa mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan
menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie
dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasil-hasil
penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal
menyimpulkan bahwa stimulus visual[7] membuahkan hasil belajar yang lebih baik
untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan
menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
Perubahan Corak[8] Pendidikan
Mulai
longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi
dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak,
membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan
perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa
perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis.
Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri
yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses
Informasi Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi
seperti internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan
ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang
berjuauhan tempat tinggalnya.
Pembelajaran Berorientasikan Kepada
Siswa Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru.
Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang
dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam
mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian
disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan pendidikan. Di dalam
kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya
guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa
hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan
ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal
tetapi juga mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.
2. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap
Dunia Pendidikan Indonesia
Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan
sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait
menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia
pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan
pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya
ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind
dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka
memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John
Micklethwait, 2007:166).
Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah
juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam
materi yang berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi,
kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat
pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa
pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak
ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah
seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang
lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat
berbahaya pada proses belajar mengajar.
Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak
globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan pada diri
siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses
belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
3.2 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi
Dari beberapa takaran dan ukuran
dunia pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap tidak
berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita
harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi
yang sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada
konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu
menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita
menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas, kita
optimis bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan
fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal
sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh
bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan
membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia
pendidikan nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat,
karena mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral.
Semakin besar kuantitas individu dan
keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk
jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya
kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di
atas gelombang globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang
ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan
leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak
dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan
yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk
mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit
kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam
globalisasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang
mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah
suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti
oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan
menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Dampak positif globalisasi terhadap dunia pendidikan indonesia
pengajaran interaktif multimedia kemajuan teknologi akibat pesatnya arus
globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang
bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru
seperti internet dan computer.
Dampak negatif globalisasi terhadap dunia pendidikan indonesia komersialisasi
pendidikan era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak
didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John
micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai
merambah dunia pendidikan dalam bukunya “masa depan sempurna” bahwa tibanya
perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan.
4.2 Saran
Penulis memberikan saran
yang ditujukan untuk
a. Masyarakat
agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal
pendidikan sehingga pendidikan berjalan dengan lancar
b. Pemerintah
Pemerintah harus menggarkan danan yang cukup untuk keperluan
pendidikan dan menambah beasiswa bagi guru untuk training
DAFTAR PUSTAKA
Mickletwhait,
John, Adrian Wooldridge.2007.Masa Depan Sempurna:Tantangan dan Janji
Globalisasi.Jakarta:Freedom Institute dan Yayasan Obor Indonesia
Sujiyanto,
Muhlisin.2007.Praktik Belajar Kewarganegaraan Untuk SMA.Jakarta:Ganeca Exact
Asri B.
2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Faizah, F.
2009. Dampak Globalisasi Terhadap Dunia
Pendidikan, (Online), (http://www.blogger.com/profile/14458280955885383127),
diakses 18 Oktober 2011.
Munir. 2010.
Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Maqdani, Anggota IKPI.
Surya, M. 2002.
Dasar-dasar Kependidikan di SD. Pusat penerbitan Universitas Terbuka.
Suryabrata, S. 2010. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: Rajawali Pers.
Januar, I.
2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia, (Online), (www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151),
diakses 18 Oktober 2011.
Wardoyo, C.
2007. Urgensi Pendidikan Moral (Online), (http://www.nu.or.i) diakses 18
oktober 2011.
[1] Aim
abdulkarim,membangun warga negara yang demokratis(Jakarta : PT.Grafindo media pratama,2006),p.81
[2] Jos.daniel
parera,teori semantik(Jakarta:erlangga,2004),p.190
[3] Friedrich
naumann stiftung,globalization and the poor(New York:IDEA,2003),p.16
[4] Francisco
budi hardiman, Filsafat fragmentaris: deskripsi, kritik, dan dekonstruksi (Yogyakarta:kanisius,2007),p.28
[5] Ranti
Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri Di Indonesia Dalam Era Perdagangan
Bebas(Jakarta:Grasindo, 2004),P.219
[6] Marshall
Silver, Program Ulang Pikiran Bawah Sadar Anda Untuk Menciptakan Hubungan,
Kekayaan(Bandung:Gramedia Pustaka Utama, 2006),P.205
[7] Jens
Blauert, Communication Acoustics,(New York: Springer,2005),P.127
[8] Dedi
Nurhadiat, Pend Seni Rupa SMA Kls 3 (K-04),(Jakarta: Grasindo,2005),P.24