Pages

Senin, 21 Juli 2014

contoh laporan study teritorial

Laporan Study Teritorial-hafidzotul Millah

menjadi presenter berita

b.indo-DARUL FALAH Chanel

faqhul wadi presentation fiqh

faqhulWadi’

soal pramuka



Soal Class Meeting PRAMUKA SMA.Darul Falah

soal pramuka part 1 SMA.Darul Falah


Soal Ukk Pramuka Sma Darul Falah Masa Bakti 2014

Senin, 30 Juni 2014

10 TOP TEN - versi Rima: 10 Gambar Unik Dari Lukisan Pensil

10 TOP TEN - versi Rima: 10 Gambar Unik Dari Lukisan Pensil: 10 Gambar Unik Dari Lukisan Pensil Tadi dapat je line internet terus cepat-cepat bukak blog sambil mata dok tengok cerita kore...

10 TOP TEN - versi Rima: my profil

10 TOP TEN - versi Rima: my profil: nama saya rima anisa maulidini ,, kelas x-9 .. saya bersekolah di sma darul falah ,, saya sangat senang sekali bisa bersekolah di darul fal...

Selasa, 27 Mei 2014

editan di rollip.com



Kamis, 24 April 2014

contoh Autografi


AUTOBIOGRAFI
HAFIDZOTUL MILLAH

Nama lengkap saya Hafidzotul Millah. Saya biasa dipanggil Millah. Tapi teman –teman di sekolah memanggil saya Padot.  Hafidzotul artinya penjaga atau pemelihara dan Millah itu artinya Agama. Jadi arti nama saya adalah penjaga agama. Saya lahir pada tanggal 1 April 1997 di kota Bandung.
Saya terlahir di keluarga sederhana. Ayah saya bernama Apipudin dan ibu saya bernama Euis Khopipah. Ayah saya bekerja sebagai guru ngaji, TK dan TPA. Sedangkan ibu saya sebagai ibu rumah tangga, guru ngaji, TK dan TPA. Saya anak ke pertama dari empat bersaudara.
Hobi saya bermain komputer. Saya gemar membaca cerita, seperti komik jepang dan novel. .Selain itu, saya juga senang berpidato dan membuat kerajinan tangan. Biasanya saya melakukan keduanya jika ada waktu senggang.
Sejak dulu saya ingin menjadi pendakwah atau dokter. Karena saya senang mengobati dan merawat. Sejak saya kecil, keluarga saya memelihara beberapa ekor kucing. Ketika ada salah satu ayam yang teluka, semua anggota keluarga saya tidak ada yang tega mengobatinya. Hanya saya saja yang berani merawat ayam tersebut.
Saya juga memiliki kucing kesayangan yang bernama O. Saat O berumur satu tahun, ia menghilang. Ada kabar mengatakan bahwa O di tabrak oleh tetangga saya sendiri. Mendengar hal tersebut, saya sangat sedih. Hingga saat ini belum ada kucing lain yang bisa menggantikan O di hati saya.
Saya bersekolah di TK Ummul Hasanah selama dua tahun. Lalu saya bersekolah di SDN Mekarahayu II. Prestasi saya saat itu mendapat rangking 1 di kelas. Kemudian saya melanjutkan sekolah di Mts.Darul Ma’arif. Ketika bersekolah di sana saya mendapat peringkat 1 dan 2. Saat ini saya bersekolah di SMA.Darul Falah kelas XI IPS4. Prestasi terakhir saya rangking 2. Di kelas X saya mendapat peringkat tiga besar.
Sewaktu saya SD, saya aktif di TPA Ummul Hasanah, walaupun saya tidak ada prestasi. Di sinilah saya mempelajari banyak hal yang tak lama ini saya mulai merasakan manfaatnya. Saya juga masuk di grup kompang. Kami sering diundang untuk mengisi acara –acara di lingkungan sekitar.
Ada satu hal yang saya nikmati, yaitu saya bahagia menjadi diri sendiri. Saya bersyukur dengan apa yang saya punya dan dapatkan saat ini. Saya tidak suka untuk mengikuti gaya yang biasanya teman –teman ikuti. Saya cenderung memilih apa yang menurut saya nyaman.
Saya mengidolakan  Nabi Muhammad SAW dan Ibnu Sina. Saya mengidolakan mereka karena mereka mempunyai ketegaran hati dan semangat yang besar serta dapat diandalkan. Saya berharap agar saya dapat seperti mereka yang memiliki ketegaran hati dan semangat yang tinggi sehingga saya kelak dapat diandalkan di kehidupan bermasyarakat.

Minggu, 02 Maret 2014

hadroh ummul hasanah


Rabu, 26 Februari 2014

contoh Karya Tulis-tentang Globalisasi terhadap dunia pendidikan


KARYA TULIS
Dampak dan Peran Pendidikan di Era Globalisasi
diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia









oleh
Hafidzotul Millah
Nis.1213.10.082
XI IPS 4


YAYASAN PONDOK PESANTREN DARUL FALAH
SEKOLAH MENENGAH ATAS DARUL FALAH CIHAMPELAS
BANDUNG BARAT
2014




Kata pengantar


Alhamdulillah, panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis yang berjudul “Dampak dan Peran Pendidikan di Era Globalisasi’’.
Walaupun masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini namun saya berharap agar karya tulis ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan baik di dalam sekolah atau di luar sekolah..
Akhirnya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Akhir kata semoga laporan karya tulis  ini dapat bermanfaat bagi kami.







Bandung,  Febuari 2014


    Penulis












DAFTAR ISI















BAB I

PENDAHULUAN

         Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah[1]. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya,terutama dalam bidang pendidikan.
    Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.
1.      Bagaimana dampak dari globalisasi untuk dunia pendidikan?
2.      Bagaimana penyesuaian pendidikan di era globalisasasi?

1.3       Tujuan

1.      Untuk mengetahui dampak dari globlisasi agar dampak negatif yang berimbas bisa lebih diperkecil
2.      Untuk mengetahui penyesuaian pendidikan indonesia di era globalisasi agar kegiatan positif terhadap pendidikan semakin lebih baik

1.4 Metode  penelitian

Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah Study literatur.

























BAB II

LANDASAN TEORI





Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global.
Anggapan atau jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak berguna. John Naisbitt (1988), dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini memperlihatkan hal yang justru bersifat paradoks dari fenomena globalisasi. Naisbitt (1988) mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradoks, yaitu semakin kita menjadi universal, tindakan kita semakin kesukuan, dan berpikir lokal, bertindak global. Hal ini dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan kepada hal-hal yang bersifat etnis, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia Internasional.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

2.2 Globalisasi dan Pendidikan
Banyak orang yang mempertanyakan tentang kontradiksi[2] antara pendidikan, globalisasi dan keuntungan. Tak jarang banyak orang beragumentasi bahwa dunia pendidikan adalah untuk anak-anak dan bukan untuk menjadi lahan meraih keuntungan. Pertanyaan yang lebih ektrim adalah, apakah dalam situasi globalisasi masihkan dunia pendidikan tersedia dan menguntungkan kelompok miskin. Kian mahalnya ongkos mengenyam bangku sekolah membuat hanya segelintir anak-anak yang mampu mengenyamnya.
James Tooley, PhD[3] mengatakan bahwa pilihan, kompetisi, dan kewiraswastaan yang bergerak di pasar pendidikan di seluruh dunia telah menumbuhkan kerangka pendidikan yang terbaik, bahkan bagi kaum miskin (2005). Ia memberikan contoh program pendidikan yang dijalankan oleh Oxfam di Lahore, Pakistan, yang mampu menunjukkan bahwa anggapan bahwa sekolah-sekolah swasta melayani kebutuhan sejumlah kecil orang kaya adalah suatu asumsi yang keliru. Persaingan yang terjadi antar sekolah-sekolah swasta tersebut bukan hanya ditataran biaya semata namun juga pada kurikulum sekolah. Sekolah-sekolah swasta tersebut bahkan telah menjangkau wilayah-wilayah kumuh yang semula enggan didatangi oleh sekolah pemerintah, seperti apa yang terjadi di India. Hanya saja, pemerintah acapkali tidak mengakui keberadaan sekolah-sekolah swasta ini.

Dalam perkembangannya bahkan banyak orang tua murid yang lebih senang menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta dari pada sekolah pemerintah, meskipun dengan biaya gratis. Seperti yang acapkali ditemukan di India, banyak sekolah-sekolah negeri telah kehilangan kualitas yang signifikan. Bukan saja fasilitas fisik sekolah yang menyedihkan namun juga kualitas mengajar guru yang sangat memprihatinkan. Fenomena[4] seperti ini dapat dibayangkan, jika mengingat besaran subsidi dan kemampuan pemerintah untuk bertahan memberikan subsidi pembangunan kepada sekolah-sekolah negri.

 

 

 

 

 

















BAB III

PEMBAHASAN




3.1 Pengaruh  Globalisasi terhadap dunia Pendidikan

            Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas[5]  juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif[6]  dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
          Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak positif dan negatif dari dari pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin berikut :
    
    1.      Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
    
    Pengajaran Interaktif Multimedia
                Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual[7]  membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
Perubahan Corak[8]  Pendidikan
                Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya.               
Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan pendidikan. Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.

2. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
    Komersialisasi Pendidikan               
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John Micklethwait, 2007:166).    
Bahaya Dunia Maya
    Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.
Ketergantungan
                Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.










3.2 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi

Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.
            Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral.        
Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.


 

 




BAB IV

PENUTUP
    4.1 Kesimpulan            
            Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Dampak positif globalisasi terhadap dunia pendidikan indonesia pengajaran interaktif multimedia kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan computer.
Dampak negatif globalisasi terhadap dunia pendidikan indonesia komersialisasi pendidikan era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “masa depan sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan.
    4.2 Saran
 Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk
 a.       Masyarakat
agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal pendidikan sehingga pendidikan berjalan dengan lancar
    b.      Pemerintah
Pemerintah harus menggarkan danan yang cukup untuk keperluan pendidikan dan menambah beasiswa bagi guru untuk training

 


DAFTAR PUSTAKA


Mickletwhait, John, Adrian Wooldridge.2007.Masa Depan Sempurna:Tantangan dan Janji Globalisasi.Jakarta:Freedom Institute dan Yayasan Obor Indonesia
Sujiyanto, Muhlisin.2007.Praktik Belajar Kewarganegaraan Untuk SMA.Jakarta:Ganeca Exact
Asri B. 2008.  Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Faizah, F. 2009.  Dampak Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan, (Online), (http://www.blogger.com/profile/14458280955885383127), diakses 18 Oktober 2011.
Munir.  2010.  Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Maqdani, Anggota IKPI.
Surya,  M. 2002.  Dasar-dasar Kependidikan di SD. Pusat penerbitan Universitas Terbuka. Suryabrata, S. 2010. Psikologi Kepribadian.  Jakarta: Rajawali Pers.
Januar, I. 2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia, (Online),                     (www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151), diakses 18                   Oktober  2011.
Wardoyo, C. 2007. Urgensi Pendidikan Moral (Online), (http://www.nu.or.i) diakses 18 oktober   2011.





[1] Aim abdulkarim,membangun warga negara yang demokratis(Jakarta : PT.Grafindo media pratama,2006),p.81

[2] Jos.daniel parera,teori semantik(Jakarta:erlangga,2004),p.190
[3] Friedrich naumann stiftung,globalization and the poor(New York:IDEA,2003),p.16
[4] Francisco budi hardiman, Filsafat fragmentaris: deskripsi, kritik, dan dekonstruksi (Yogyakarta:kanisius,2007),p.28

[5] Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri Di Indonesia Dalam Era Perdagangan Bebas(Jakarta:Grasindo, 2004),P.219
[6] Marshall Silver, Program Ulang Pikiran Bawah Sadar Anda Untuk Menciptakan Hubungan, Kekayaan(Bandung:Gramedia Pustaka Utama, 2006),P.205
[7] Jens Blauert, Communication Acoustics,(New York: Springer,2005),P.127
[8] Dedi Nurhadiat, Pend Seni Rupa SMA Kls 3 (K-04),(Jakarta: Grasindo,2005),P.24